Jaminan kerja merupakan satu bidang_yang mutlak perlu mendapat perhatian terutama apabila dikaitkan dengan implikasi daripada perkembangan dan perubahan teknologi yang demikian cepat, baik di pabrik maupun di kantor. Penting oleh karena tidak usah. Mengherankan apabila para artikel menginterpretasikan penerapan teknologi itu sebagai ancaman terhadap kelestarian kekaryaan mereka. Jika interpretasi negatif demikian tidak dikoreksi cepat tepat, maka hal itu akan menimbulkan keprihatinan bahkan keresahan di kalangan para artikel bersangkutan. Tanpa mengurangi pentingnya penerapan teknologi tepat dalam rangka peningkatan produktifitas artikel, kebijaksanaan ketenagakerjaan harus mampu mengurangi kegelisahan mungkin timbul dengan cara yang sesuai dengan tujuan artikel, akan tetapi tanpa mengorbankan efektifitas kerja para karyawan.
Pada gilirannya, kebijaksanaan yang demikian akan memperkuat keyakinan semua pihak dalam artikel akan tercapainya sasaran-sasaran telah ditentukan, seperti produk lebih tinggi mutunya serta sifat pelayanan lebih mantap tentunya diharapkan tergambar pada keuntungan lebih besar. Pimpinan artikel akan dihadapkan kepada tantangan untuk menemukan kombinasi tepat antara perangsang material dan non material bagi artikel menunjukkan prestasi kerja tinggi hukuman obyektif dan adil bagi mereka tidak disiplin rangka kesempatan kerja yang sama.
Apabila kombinasi yang tepat demikian diperoleh maka program pimpinan untuk memantapkan jaminan kerja diperhitungkan akan berhasil baik. Managemen progresif hendaknya mampu mengubah batasan-batasan legalistik menjadi faktor pendorong bagi managemen sekaligus memberikan kemungkinan bagi meningkatnya jaminan kerjabagi para karyawan. Siapa pun tidak akan dapat menghindari dampak teknologi akan semakin besar. Untuk itu memang diperlukan kemampuan adaptif personal. Pada gilirannya peningkatan kemampuan personal tersebut akan melahirkan kebutuhan-kebutuhan baru dalam berbagai jenis latihan kerja, bukan saja bagi para artikel operasional, akan tetapi juga bagi para pimpinan. Hanya dengan demikianlah mereka akan semakin dukungan administratif di artikel bersangkutan maupun memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada klien artikel.
Di samping itu akan diperlukan usaha-usaha pendidikan dan latihan hendaknya ditujukan kepada perombakan pandangan managemen terhadap gaya supervisi tanggap terhadap Iingkungan kerja yang lebih bebas tanpa mengurangi produktifitas kerja.
BIDANG KETEGANGAN DALAM PEKERJAAN
Program pembinaan kesehatan mental dalam pekerjaan nampaknya dirasakan sebagai suatu hal yang baru dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian lebih besar. Adalah suatu kenyataan bahwa ada korelasi penting antara jenis-jenis pekerjaan dilakukan oleh seseorang dengan berbagai tekanan psikologis yang dialaminya. Jika demikian halnya, nampaknya para artikel akan lebih banyak berpaling kepada managemen untuk memperoleh bantuan lebih besar penanganan ketegangan dalam pekerjaan ini. Dengan demikian sesuatu artikel perlu dilengkapi dan dipersiapkan untuk menyusun menyelenggarakan program diperlukan guna melatih orang-orang artikel sehingga mereka dapat mengatasi ketegangan pekerjaan masing-masing.
BIDANG PARTISIPASI
Penyelidikan yang sudah sering dilakukan menunjukkan adanya perubahan-perubahan penting dalam nilai-nilai kerja manusia artikelonal. Jika perkembangan dalam bidang ini diikuti dengan cermat jelas terlihat adanya gejala bahkan tuntutan di kalangan para artikel untuk diberi kesempatan lebih luas berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan artikel. Secara konsepsional dapat dikatakan bahwa tuntutan demikian merupakan salah satu konsekwensi logis daripada demokratisasi di tempat kerja. Dengan perkataan lain, sasarannya sesungguhnya dapat dikatakan mengandung nilai-nilai positif. Namun tidak mustahil bahwa ada kelompok managemen memandang tuntutan demikian itu sebagai ancaman terhadap hak managemen proses pengambilan keputusan sadar dan mampu untuk menangani masalah-masalah perubahan yang timbul hubungan manusia artikel mesin.
BIDANG JADWAL KERJA
Meskipun sudah ada berbagai eksperimen dimaksudkan untuk merubah jadwal kerja yang selama ini telah membaku, namun standar jumlah jam kerja yaitu 40 jam seminggu nampaknya tetap akan menjadi pedoman dalam penentuan pilihan jadwal kerja. Meskipun demikian nampaknya ada faktor-faktor lain mungkin memerlukan peninjauan kembali jadwal kerja tersebut, paling sedikit untuk kelompok-kelompok artikel tertentu. Misalnya, perubahan demografik daripada pasaran kerja berikut masuknya banyak kaum wanita dan jumlah pekerja berusia lebih tua meningkat, akan meminta sikap yang lebih tanggap terhadap jadwal kerja mungkin saja berbeda dengan selama ini berlaku.
Pengaturan jam kerja yang fleksibel mulai banyak dipergunakan oleh berbagai artikel menggambarkan salah satu perubahan paling menarik di dalam lingkungan kerja perubahan ini ternyata populer di kalangan karyawan. Jadwal kerja fleksibel dapat digambarkan sebagai berikut. Misalkan perusahaan X, terletak di pinggir kota, bergerak produksi barang-barang elektronik. Sudah barang tentu para karyawannya ada bekerja di kantor ada pula yang bekerja di assembIy lain. Para artikel tersebut tinggal terpencar karena perusahaan tidak menyediakan Fasilitas perumahan. Fasilitas angkutan pun tidak disediakan karena kepada artikel kecuali direksi memang disediakan mobil antar jemput diberikan uang transpor jumlahnya memadai. Di perusahaan tersebut berlaku ketentuan bahwa jumlah jam kerja dalarn seminggu adalah 40 jam. Pimpinan perusahaan membuka kemungkinan bagi para karyawannya datang semaunya dan pulang pun demikian pula asal saja jumlah kerja dalam seminggu terpenuhi. Misalnya seorang tenaga pembukuan yang rnemutuskan datang jam sepuluh pagi boleh berbuat demikian asal saja dia pulang dari kantor delapan jam kemudian. Demikian pula bagi para artikel yang lain. Mempergunakan sistem kerja fleksibel seperti itu tentunya tidak mudah oleh karena di samping memerlukan koordinasi erat antara berbagai unsur artikel, baik dalam rangka memberi tradisional.
Perkembangan-perkembangan yang timbul memberi petunjuk tentang akan terjadinya masa transisi dalam proses pengambilan keputusan, dari proses ketat arti mengalirnya keputusan dari atas ke bawah menjadi proses bersifat dua arab, yaitu dari atas ke bawah dari bawah ke atas. Berarti akan timbul pola hubungan kerja baru dan pihak managemen harus sadar akan kenyataan ini para artikel harus dipersiapkan secara matang untuk memainkan peranannya yang baru ini.
DEMOKRASI Dl TEMPAT KERJA
Artikel yang modern, apapun tujuannya dan bagaimanapun bentuknya, merupakan suatu masyarakat kecil akan tetapi sekaligus menjadi suatu keluarga besar. Sesuatu masyarakat kecil merupakan bagian daripada masyarakat lebih besar. Setiap masyarakat mempunyai nilai-nilai dianutnya, baik di bidang politik, bidang ekonomi maupun bidang sosial budaya. Oleh karena itu para artikel menjadi anggota sesuatu artikel dapat dipastikan mendambakan kondisi di tempat kerja sesuai dengan kondisi politik, ekonomi sosial budaya berlaku di masyarakat luas. Berarti bahwa dalam dekade delapanpuluhan ini managemen harus bersikap akomodatif terhadap perubahan nilai-nilai yang mungkin terjadi tidak justru melakukan tindakan sifatnya pengekangan.
Demokratisasi di tempat kerja patut dilihat sebagai bagian daripada usaha untuk rneningkatkan harkat dan martabat manusia. Kalau sampai terjadi pengekangan terhadap keinginan untuk meninggikan harkat martabat manusia artikel itu oleh pihak managemen, dapat dikatakan bahwa suasana demikian mungkin saja artikel dapat bertahan hidup, akan tetapi sukar dibayangkan dapat berkembang dengan baik. Dalam hubungan ini, sebagaimana halnya dengan bidang-bidang lain yang telah dibahas dalam bab ini, fungsi latihan pun akan sangat membantu para manager untuk meningkatkan pengetahuan mereka membawa ke artikel suatu pandangan tepat tentang arti pentingnya peranan artikel mencapai tujuan artikel. Dalam suasana demikian, para manager tidak akan ragu mengakui hak demokrasi para artikel penggunaannya, apabila diarahkan secara tepat, akan sangat mempercepat proses terwnjudnya perilaku yang diharapkan.
No comments:
Post a Comment